Selasa, Oktober 23

let me be me

FYI. The only prayer I raised this morning is just like what I want it to be changed. God is cool!

when the day ends , it comes to another day


In this not-a-very special day, i never asked to have any prayers, hugs, love or anything. i just wanted to enjoy the day. to make myself realize that, I'm not only getting older, but also I should do something in my life. 

It was started by a late-night BBMing with somefriend. Then tens of prayers poured to me. I was really glad to read all of them. And replaying all of them with a better prayer. I dont want to have a good prayer by myself. Then, it came to -- the other usual afternoon, which felt a little bit different. 

We were texting just like the other two days ago. Talking random things. Arguing a bit. When it comes to something made me wake-up. Why don't I do another-little-effort to make me more deserve to get her? I always got accustomed to think about the worst possibility of any kind of event. In this case, I do that as well.

I'm about to make a change. Of my own self. Instead of make-a-poor-feeling of myself, I decide to do this change for me. Then for HIM. Then for her. Why it's not her sitting at the first place? I don't want to got hurt (anymore), I want to make myself sure that this change is a personal-change, then surely, it's HIM we should turn our deeds to. Now. I'm praying to myself. May God help me to face any-kind of distraction and keeping me to this faith.


because , when you do something for yourself . you'll hold it tight to ensure the best that the only thing you would acquire . God ? Oh, HE is unquestionable!

Senin, Oktober 22

(kembali) memulai dua cerita


tidak semua yang baik itu terlihat baik . adakalanya kita harus mengulang , atau sekadar diam dan mengurungkan niat yang rasanya baik-baik saja
lambang "restart". oh mungkin sudah saatnya menekan tombol ini.

Lama sekali rasanya tidak menyentuh tombol "Buat Entri Baru", ribuan alasan mengalir saat keinginan untuk kembali mengisi kantong pikiran ini muncul. Tapi sepertinya, sekarang, atau mungkin hanya saat ini saja, saya sedang ingin juga menulis. Seperti dia yang menulis. Denagn sangat fasih melafalkan setiap rasa dalam hati. Tanpa tedeng aling-aling, tanpa hiperbol yang memuakkan. Tapi sempat membuat hati berdesir. Oh! Anak kecil itu!

Belakangan memang rasanya kelewat banyak drama yang telah terjadi, atau sengaja saya jadi-jadikan. Semua bermula dari keputusan untuk putus. Pensiun dari kebohongan perasaan yang telah berlangsung lama. Ya! Banyak kerabat yang bilang, tujuh tahun bukan lah waktu yang sebentar. Tapi saya telah memilih. Menutupnya dengan satu malam saja. Ironi? Memang, tapi itulah adanya. Saya tidak lagi menganggapnya sebagai sebuah pilihan. Melainkan imbas.

Setelah malam itu. Saya tidak pernah bermimpi manis. Tidak pula merasakan lagi rasanya senang-benderang. Tidak pula merasa gelap. Karena saya tahu, saya lah yang mengakhirinya. Kemudian, hari-hari pun terasa ringan. Entah mengapa. Mungkin karena sudah lama saya merindukan itu. Merasakan betapa tidak terperikannya sebuah kesendirian. Melakukan apapun yang selalu aku inginkan. Berjibaku dengan kesibukan. Tumpukan tugas. Jejeran mimpi. Dan idealisme khas mahasiswa baru lulus. Perasaan itu, rasanya seperti baru kemarin terjadi. Padahal, persis delapan bulan lalu terjadi. Oh! Tuhan memang maha kuasa mengelabui waktu!

Tugas akhir, kelulusan, wawancara kerja, adaptasi dunia kerja, dan lusinan aktivitas lain sedikit banyak sukses membunuh perasaan kecewa. Selaksa perasaan yang semestinya tak perlu saya hiraukan. Sungguh tidak perlu.

Ketakutan untuk kembali berbagi  hari dan kabar setiap saat selalu ada. Anehnya, semakin takut terasa, semakin tertantang diri ini. Paling tidak, setelah kepahit-manisan yang terjadi awal-tahun lalu. Saya, sampai saat ini, merasakan dua pengalaman berbeda. Yang mungkin bisa saya bagi di sini. Entah untuk sekadar meringankan napas saya, atau memang kesengajaan yang saya tujukan untuk beberapa orang yang saya ingin mereka tahu apa yang saya rasa.

hidup dalam senyum, tawa, dan keceriaan yang kalian nikmati setiap hari. demi tuhan, itu bukan lah saya yang sebenarnya