Rabu, Oktober 22

hari ini saya lupa sesuatu

Jakarta, 23 OKtober 2008, 08.17 WIB


alhamdulullah. semua berjalan lancar, walau tidak berjalan sesuai dengan angan. tuhan memang maha adil, kesakitan yang kucipta terbalaskan oleh indahnya pahit yang kurasa. pad dasarnya tidak ada yang perlu diharapkan. bahkan kalu saja aku bersyukur atas apa yang sudah aku dapati sampai saat ini, hari ini, dua puluh tiga oktober tahun dua ribu delapan. tepat sembilan berlas tahun setelah pahlawanku, malaikatku, panutan hidupku, pemilik sepertiga jiwaku, mama, ibu, orang yang telah menampakkanku dalam dunia ini melahirkan aku. fauzan fadli.

aku tak tahu bagaimana jadinya dulu aku, seperti apa dulu aku menggenggam tangannya, tangan mamaku. bila nanti esok hari, kutemukan diriku bahagia, semoga saja aku tidak lupa menitipkan bahgiaku untuknya, hanya untuknya. bukan saja sebuah kisah demi kebahagiaan.

dan juga sampai saat ku bangun dari peraduan mimpi malam tadi. tersadar akan apa yang akan kuhadapi, kupandangi apa yang aku pernah tulis besar-besar di lemari rapuh itu. poster terbesar yang bertahtakan angan. enam buah angan yang semestinya aku ralisasikan kelak lima tahun ke depan. dan dua tahun sudah aku telah memulainya. belum ada yang mampu menyempurnakan angan itu.

bicara soal angan juga, sebenarnya hari ini aku mengaangankan sesuatu, sesuatu yang berarti sangat untukku. jika saja ada yang membaca ini, mudah-mudahan hatinya tidak tersakiti, tapi juga ini semua adalah salahku juga dulu. pembalasan yang manis. aku mengharapkan ada orang yang paling tidak mengirimkan pesan pendek padaku tengah malam tadi, seorang yang kusukai. tapi karena lelah menunggu datangnya tengah malam, mungkin ia terlelap. sedikit bisa kumaklumi. ada sedikit tawa semalam tadi. orang yang selama ini, maksudku selama sembilan belas tahun ini, tidak pernah mengucapkan apapun pada hari in untukku, kakak tertuaku, menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat untukku. ada sedikit desir hangat dalam hatiku. sedikit tawa dan secercah senyum dalam hati. kemudian beberapa sahabat ikut meracau doa melalui pesan singkatnya. terima kasih semua. terima kasih untuk orang yang kusuka yang belum sempat mengungkapkannya padaku.

dan kemudian lagi, hari ini juga aku bermaksud untuk melanjutkan imanku yang tertunda, impian yang paling aku idam-idamkan. yang pernah menjadi andalan keahlianku, sampai saat ini. aku sukai. kali ini sebagian besar dari ongkosnya aku yang tanggung. aku tahu sudah saatnya bagiku untuk sedikit berjalan sendiri, dengan apa yang kupnya, bukan dengan apa yang ayahku punya, lagi.

untuk yang terkahir. tiada harap bagiku saat ini, aku hanya ingin hidup (karena aku yakin Tuhan, mama, sahabat, dan orang yang kusukai akan mendukungku selamanya).